Lompat ke konten
Home » Review Sucorinvest Stable Fund di Bibit, Konsisten Naik Terus

Review Sucorinvest Stable Fund di Bibit, Konsisten Naik Terus

Pada akhir tahun 2021 lalu, saya mengubah posisi portofolio reksadana saya di Bibit. Saat itu saya mendapati sebuah Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) yang sedang naik daun: Sucorinvest Stable Fund. Bagaimana pengalaman saya selama beberapa bulan membeli Sucorinvest Stable Fund di Bibit?

Well, jika Anda sering membaca tulisan-tulisan blog ini, artinya Anda sudah tahu bahwa saya tidak suka menaruh investasi saya di Reksadana Pasar Uang (RDPU). Mengapa? Sebab menurut saya pertumbuhannya terlalu kecil.

RDPU memang cocoknya bagi investor yang benar-benar main aman, tidak mau mengambil resiko. Tapi ya itu, low risk low return. Jangan terlalu berharap return yang tinggi dari investasi beresiko kecil.

Makanya untuk investasi reksadana, saya lebih memilih RDPT. Sebab saya ingin dana investasi saya tetap stabil, terjaga dari inflasi, dan memperoleh return yang mumpuni. Setidaknya 2% lebih tinggi dari return deposito.

Pilihan saya jatuh pada dua RDPT: Sucorinvest Stable Fund dan Syailendra Pendapatan Tetap Premium. Namun di aplikasi Bibit, belum tersedia RDPT yang kedua. Jadinya saya pilih yang pertama.

kode referral bibit

Baca juga: Reksadana Terbaik 2022 Pilihan Saya

Mengenal Sucorinvest Stable Fund

Sucorinvest Stable Fund (SSF) adalah reksadana besutan manager investasi kawakan di Indonesia, yang sudah berdiri sejak 1997, Sucor Asset Management.

Lihat saja di aplikasi reksadana Anda. Produk-produk Sucor Asset Management ada banyak, bermacam-macam, dan hampir semuanya memiliki track record yang bagus.

sucorinvest stable fund bibit

Reksadana SSF sebenarnya masih baru. Produk ini baru pertama kali diluncurkan pada 26 Februari 2020, sekitar 2 tahun lalu. Pada prospektus yang saya baca, SSF pertama kali ditawarkan pada harga Rp 1000 per Unit Penyertaan.

Alokasi investasi SSF berfokus pada obligasi korporasi. Fyi, obligasi korporasi memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan obligasi yang dikeluarkan negara.

Dalam sebuah wawancara tentang SSF, salah satu investment specialist Sucor Asset Management mengatakan bahwa mereka menyukai obligasi korporasi minimum rating A- dengan tenor 1-3 tahun karena secara risiko, likuiditas dan imbal hasil cukup menarik

Saya sendiri, dan sepertinya kebanyakan investor, lebih menyukai obligasi korporasi dibanding obligasi negara sebab lebih banyak dipengaruhi oleh indikator ekonomi domestik dibandingkan sentimen isu global. That’s why, pertumbuhan SSF stabil meski diluncurkan di masa pandemi.

Berdasarkan fund fact sheet periode November 2021, portofolio SSF 82,7% berada di obligasi/sukuk dan hanya 17,27% yang berada di produk pasar uang dan deposito.

Dari mana saya lihat data-data di atas? Silahkan baca dan pelajari prospektus dan fund fact sheet SSF di aplikasi reksadana Anda.

Jika Anda pengguna Bibit, kinerja RDPT SSF dalam chart disajikan seperti berikut ini.

sucorinvest stable fund bibit

Hal lain yang membuat SSF menarik adalah Compound Annual Growth Rate (CAGR) yang tergolong tinggi dibandingkan dengan RDPT lain. SSF membukukan pertumbuhan sebesar 8,93% sepanjang tahun 2021 dengan rata-rata kenaikan perbulan 0,58%.

Sejak peluncuran SSF sudah memberikan pertumbuhan investasi sebesar 18,52% bagi investor. Angka yang menarik mengingat umurnya yang baru genap 2 tahun.

Baca juga: Teknik Swing Trading Saham, Cuan Mingguan

Review Investasi di Sucorinvest Stable Fund

As you know, saya sebenarnya pemula di investasi reksadana. Sebagian besar investasi saya ada di pasar saham. Saya baru masuk di reksadana pada Mei 2021 melalui aplikasi Bibit.

Anyway, biar nyambung, sebaiknya Anda terlebih dahulu membaca portofolio investasi reksadana saya di Bibit pada artikel ini.

Nah, akhir tahun lalu tepatnya di bulan Oktober, saya mengevaluasi investasi reksadana saya yang sudah berjalan setengah tahun.

Setelah mempelajari prospektus dan kinerja Sucorinvest Stable Fund, saya memutuskan memindahkan keseluruhan RDPT saya ke reksadana tersebut.

1. Target dan Jangka Waktu Investasi

Saya sebenarnya merencanakan RDPT saya di Bibit sebagai tabungan dana darurat. Artinya jika ada kebutuhan darurat, saya bisa mencairkan tebungan ini.

Meski namanya dana darurat, namun saya bersyukur dana tersebut tidak pernah terpakai sampai saat ini. Semoga seterusnya begitu agar bisa terus tumbuh.

Jadi RDPT Sucorinvest Stable Fund saya di Bibit ini jangka waktunya tidak menentu. Selama tidak ada keperluan darurat yang tidak bisa saya cover, maka saya akan tambah secara rutin.

Namun saya akan melakukan evaluasi setidaknya dalam 1-3 tahun mengingat abligasi korporasi yang ada di SSF kebanyakan mengambil tenor 1-3 tahun.

2. Metode Dollar Cost Averaging

Cara penyetoran dana yang saya terapkan untuk investasi RDPT Sucorinvest Stable Fund ini adalah rutin setiap bulan, bukan sekaligus. Istilahnya di kalangan investor metode ini di sebut Dollar Cost Averaging (DCA).

Mengapa DCA? Ya karena saya menyisikan dana investasi dari gaji bulanan. Jadi saya biasanya top up setiap bulan sehabis gajian. Hehe

Besarnya berapa? Untuk keseluruhan reksadana, saya memberi bobot 30% setiap bulan. Anda bisa membaca alokasi investasi bulanan saya disini.

Dari 30%, saya bagi menjadi dua. RDPT SSF 15% dan reksadana Robo Advisor Bibit 15%. Yang reksadana saham kemana? Investasi reksadana saham saya sudah saya pindahkan ke saham semuanya. Ceritanya ada di artikel ini.

3. Return

Sejak Oktober 2021 sampai hari ini, investasi saya di Sucorinvest Stable Fund sudah berjalan kurang lebih 4 bulan. Selama masa tersebut, saya sudah mendapatkan pertumbuhan investasi sebesar 2,18%.

sucorinvest stable fund bibit

Ini banyak atau sedikit? Jika dibandingkan dengan RDPT lain, angka ini cukup tinggi untuk jangka waktu 4-5 bulan. Bisa saja dalam setahun menjadi 5-9%.

Well, bagaimana dengan expense ratio? Ini yang biasa bikin investor reksadana mundur teratur.

Saya bandingkan dengan 3 RDPT yang memiliki CAGR atau return di atas 5% pertahun, hasilnya nampak seperti berikut.

sucorinvest stable fund bibit

Expense ratio Sucorinvest Stable Fund adalah 0,58% yang mana itu terkecil di ‘kelas’ nya. Apakah ada RDPT yang expense rationya lebih kecil dari SSF? Ada banyak.

Tapi ya itu, CAGR nya tidak sebesar SSF. Angka expense ratio SSF tersebut bagi saya sudah sepadan dengan kinerjanya.

4.  Strategi Kedepan

Sesuai dengan tujuan investasi saya diatas, saya tetap akan menjadikan RDPT Sucorinvest Stable Fund ini sebagai tabungan dana darurat sembari berharap tidak akan ada keadaan darurat yang memaksa saya mencairkan tabungan ini.

Saya akan tetap konsisten melakukan top up secara rutin setiap bulan dan saya usahakan agar jumlah setoran perbulan saya bisa meningkat.

Caranya? Saya harus menerapkan jurus-jurus yang saya buat sendiri yang sudah saya ulas secara panjang kali lebar disini.

Baca juga: Cara Saya Menemukan Saham Multibagger

Penutup

Itulah review pengalaman saya berinvestasi reksadana di RDPT Sucorinvest Stable Fund melalui aplikasi Bibit. Sejauh ini saya cukup puas, dan akan konsisten menambah nilai investasi saya di reksadana tersebut.

Apakah Anda juga sedang berinvestasi di RDPT? Produk apa yang Anda pilih? Bisikkan di kolom komentar ya.

Happy investing!

Diskusi

error: Content is protected !!