Lompat ke konten
Home » Value Investing, Strategi Investasi Saham Paling Santai dan Cuan

Value Investing, Strategi Investasi Saham Paling Santai dan Cuan

Pada Agustus 2021, lembaga Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merilis angka pertumbuhan investor pasar modal indonesia. Sebuah data yang mengejutkan bahwa jumlah SID (Single Investor Identification) yang tercatat di KSEI mencapai angka 6,1 juta investor dimana 2,6 juta diantaranya adalah investor saham. Angka ini tumbuh 57,2% dari akhir tahun 2020.

Artinya, ada pertambahan 1.002.564 orang investor saham hanya dalam 8 bulan tahun 2021. Wow!

Laju pesat pertumbuhan jumlah investor saham di tanah air bagi saya adalah hawa segar bagi pasar modal Indonesia mengingat kita masih tergolong negara dengan jumlah investor domestik yang minim. Istilahnya, pasar modal kita masih dijajah investor asing.

Tak salah lagi, pandemi virus korona adalah salah satu penyebab meningkatnya investor saham. Pandemi yang merenggut banyak nyawa dan menghantam ekonomi sampai terjadi resesi, ternyata membawa sisi positif.

Akibat pandemi, banyak orang jadi tersadar akan pentingnya berinvestasi dan memiliki penghasilan dalam bentuk pasif.

Saya sendiri adalah investor angkatan korona. Hehe. Saya memang telah belajar pasar saham sejak 2019. Namun saya memutuskan benar-benar membeli saham pertama pada Maret 2020, bertepatan dengan market crash akibat Covid-19 gelombang pertama.

Selain menjadi kabar baik, pertumbuhan investor pasar modal juga menjadi kekhawatiran tersendiri sebab menurut data KSEI, 58% investor saat ini adalah kaum muda milienial yang berumur dibawah 30 tahun. Tak menutup kemungkinan sebagian dari mereka masih masih belum mendapatkan edukasi yang optimal tentang cara kerja pasar modal.

Kita ketahui bahwa pasar saham adalah instrumen investasi yang memiliki resiko besar. Bertransaksi saham tanpa pemahaman yang baik berpotensi menyebabkan kerugian.

Perlu strategi investasi saham yang tepat agar jual beli saham dapat menjadi investasi yang cuan, profit, dan menguntungkan, alih-alih merugikan dan menyebabkan stres berkepanjangan bagi para investor.

Baca juga: 5 Influencer Saham Paling Inspiratif di Indonesia

Manfaat Menjadi Investor Saham

Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku pengendali perdagangan efek di Indonesia menawarkan produk-produk keuangan berupa saham dan surat utang atau obligasi. Saham dan obligasi ini dikeluarkan oleh perusahaan yang menjadi anggota BEI untuk menyerap dana dari investor.

Investor yang membeli saham sebuah perusahaan melalui BEI selanjutnya turut menjadi pemilik perusahaan tersebut dan berhak mendapatkan potensi keuntungan sesuai dengan kinerja saham dan perusahaannya.

Manfaat menjadi investor saham adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh Keuntungan dari Capital Gain

Capital gain atau peningkatan harga saham. Misalkan Anda membeli saham perusahaan ABCD pada harga Rp. 500,- perlembar pada tahun 2018. Pada tahun 2021 harga saham ABCD tersebut naik menjadi Rp. 1.000,- perlembar.

Nah, selisih dari harga beli dan harga jual adalah keuntungan bagi Anda. Jika Anda ingin merealisasikan keuntungan, maka Anda bisa menjual saham tersebut.

2. Memperoleh Keuntungan dari Dividen

Keuntungan finansial yang kedua dari investasi saham adalah dividen. Dividen adalah laba atau pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.

Misalkan saham ABCD yang Anda miliki tadi membagikan dividen sebesar Rp. 100,- per lembar saham, sedangkan Anda memiliki 1000 lembar saham ABCD, maka Anda berhak mendapatkan dividen sebesar Rp. 100,- x 1000 lembar = Rp. 100.000,-

Jika Anda memiliki 100 ribu lembar saham ABCD, maka Anda berhak atas dividen Rp. 10.000.000,- tanpa perlu bekerja keras. Cukup dengan memiliki sahamnya saja.

Itulah yang biasa disebut dengan pasif income. Kondisi dimana kita bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja. 

3. Membantu Perekonomian Negara

Perusahaan-perusahaan besar yang listing di pasar mempekerjakan ratusan bahkan ribuan masyarakat Indonesia dan menggerakkan ekonomi kecil dilingkungan usaha mereka.

Dengan menjadi investor saham di pasar modal, Anda secara langsung telah membantu memutar perekonomian negara. Fakta membuktikan, jumlah investor lokal di investasi pasar modal suatu negara akan membantu perekonomian negara tersebut secara signifikan.

Pilih Saham atau Reksa Dana?

Investor yang baru mau mulai berinvestasi di produk pasar modal biasanya dibingungkan dengan pertanyaan begini: Bagusnya investasi di saham apa di reksa dana ya?

1. Perbedaan Saham dan Reksa Dana

Saham dan reksa dana adalah dua produk keuangan yang berbeda. Saham adalah instrumen investasi yang bisa Anda kelola dan kendalikan secara langsung. Anda bisa memilih emiten saham yang Anda inginkan secara mandiri.

Reksa dana adalah instrumen investasi yang dikelola oleh manajer investasi atau fund manager. Jadi sebagai investor, Anda menaruh modal Anda pada suatu menajer investasi, dan manajer investasi tadi yang selanjutnya akan membelanjakan dana Anda ke instrumen keuangan yang mereka anggap tepat.

2. Jenis-jenis Reksa Dana

Produk reksa dana ada beberapa macam, tergantung dari produk keuangan dimana manajer investasi menaruh modal nasabahnya.

A. Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) adalah reksa dana yang menempatkan modal investor pada produk keuangan yang bersifat stabil seperti deposito berjangka, surat berharga, sukuk, atau giro.

B. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT)

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah reksa dana yang menempatkan modal investor pada produk keuangan yang dengan profil resiko menengah. Biasanya berupa obligasi dan surat utang.

C. Reksa Dana Saham

Reksa Dana Saham adalah reksa dana yang menempatkan modal investor pada produk keuangan dengan profil resiko tinggi yaitu saham.

D. Reksa Dana Campuran

Reksa Dana Campuran adalah reksa dana yang menempatkan modal investor pada produk beberapa produk keuangan sekaligus. Isinya bisa obligasi, saham, maupun deposito dalam satu reksa dana.

Cara Menjadi Investor Saham

Bagi sebagian masyarakat, pasar modal adalah tempat transaksi untuk orang-orang kaya, pengusaha, miliarder, dan sultan-sultan. Untuk bisa ikut beli saham mesti punya uang yang banyak. Begitu pula pikiran saya dulu. Makanya dulu saya tidak tertarik untuk mencari tahu tentang investasi saham. 

Beberapa tahun terakhir seiring dengan kemajuan media dan kemudahan mendapatkan informasi, saya mulai paham betapa penting peran masyarakat biasa seperti kita untuk ikut terlibat menjadi investor saham di pasar modal. 

1. Modal untuk Investasi Saham

10 tahun yang lalu, untuk menjadi investor saham Anda harus memiliki modal yang lumayan besar. Mungkin 10 – 20 juta. Hal ini karena syarat minimal deposit yang diizinkan untuk membuka rekening sekuritas dulu biasanya tinggi-tinggi.

Sekarang jaman sudah berubah. Saat ini ada sekuritas yang memungkinkan Anda untuk mulai berinvestasi saham dengan modal awal sebesar Rp. 50.000,-

Nilai yang tidak memberatkan bukan? Tidak ada alasan lagi untuk tidak memulai berinvestasi saham.

Namun saya menyarankan Anda untuk membuka rekening sekuritas dengan deposit awal minimal Rp. 5.000.000. Mengapa? Untuk kemudahan Anda sendiri.

Dengan dana 5 juta, itu sudah memungkinkan Anda untuk membeli saham-saham perusahaan terbaik dengan jumlah yang tepat. 

Berikutnya Anda bisa melakukan penambahan dana ke rekening sekuritas Anda setiap bulan, atau kapan saja Anda memiliki uang. Dengan dana cash yang semakin besar, Anda akan semakin leluasa memilih saham-saham yang dan mengembangkan portofolio Anda.

2. Broker Saham Terbaik

Untuk membeli saham, Anda tidak bisa datang langsung di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bertransaksi seperti di pasar swalayan, melainkan harus melalui perantara yang dinamakan broker atau perusahaan sekuritas.

Melalui broker inilah Anda bisa membuka rekening sekuritas dan mulai membeli produk keuangan pasar modal.

Broker yang terdaftar di BEI ada broker asing dan ada broker lokal. Broker asing adalah broker yang saham perusahaannya lebih dominan dimiliki oleh asing alias bukan WNI. Sebaliknya, broker lokal adalah broker yang saham perusahaannya dominan dimiliki oleh WNI.

Nah, broker atau sekuritas mana yang terbaik? Anda bisa memilih diantara sekuritas berikut. Setahu saya ini yang banyak digunakan investor ritel saat ini.

  1. Mirae Asset Sekuritas (Kode: YP)
  2. Indo Premier Sekuritas (Kode: PD)
  3. Mandiri Sekuritas (Kode: CC)
  4. BNI Sekuritas (Kode: NI)
  5. Ajaib Sekuritas ( Kode: XC)

Broker saham diatas adalah broker populer yang saat ini memiliki banyak nasabah dan mencatatkan volume transaksi besar.

3. Cara Membuka Rekening Saham Online

Untuk membuka rekening saham di broker atau perusahaan sekuritas, saat ini sudah cukup mudah. Anda tidak perlu repot-repot datang ke kantor broker terkait. Beberapa broker sudah menyediakan layanan pendaftaran online.

Yang perlu Anda lakukan adalah mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk registrasi online, dan telaten melakukan pengisian data serta mengikuti prosedur pembukaan rekening.

Adapun syarat dokumen yang biasanya dibutuhkan untuk mendaftar broker saham secara online yaitu:

  1. Foto KTP yang jelas, dan foto selfie memegang KTP tersebut
  2. Foto NPWP yang valid
  3. Data rekening bank konvensional yang aktif

Bagaimana jika Anda tidak memiliki NPWP? Bagaimana jika KTP Anda belum e-KTP? Biasanya broker saham akan memberikan solusi yang berbeda-beda, tergantung di broker apa Anda hendak membuka akun.

Menurut saya membuka rekening saham secara online sangat mudah dan tidak ribet sama sekali.

4. Cara Membeli Saham Pertama kali

Setelah membuka akun sekuritas dan menyetorkan dana ke rekening dana investor (RDI) sekuritas tersebut, selanjutnya Anda bisa membeli saham pertama Anda dan mulai menyusun portofolio.

Bagi Anda yang benar-benar baru mengenal dunia pasar modal, strategi investasi saham untuk pembelian pertama saran saya sebagai berikut:

  1. Belilah saham blue chip
  2. Belilah sedikit saja. Dengan biaya sekitar 300 ribu – 1 juta
  3. Amati pergerakannya naik dan turun selama beberapa minggu

Menurut saya cara terbaik belajar saham adalah langsung mulai, langsung beli. Ini penting untuk melatih rasa memiliki perusahaan, melatih psikologi saat untung maupun rugi, dan melatih membaca pergerakan pasar.

Dengan adanya uang Anda di dalam suatu saham, maka mau tidak mau Anda akan tergerak untuk belajar. Lama kelamaan Anda akan makin paham.

Saham Blue Chip, Gorengan, dan Indeks Harga Saham

Setelah masuk di lingkungan pasar modal, Anda akan terbiasa mendengar macam-macam istilah yang sering digunakan para investor ritel. Ada istilah yang resmi, tak sedikit pula istilah buatan para investor. Kadang istilahnya kocak dan lucu.

1. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu indeks yang mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang terdaftar di BEI. Anda pastinya sering mendengar istilah IHSG ini dari berita di TV.

IHSG adalah penanda arah pergerakan pasar modal yang menjadi patokan para investor untuk mengambil langkah investasi. Saat IHSG naik, itu menandakan pasar sedang optimis dan banyak dana investor yang masuk. Biasanya sebagian besar saham juga naik, terutama saham blue chip.

Saat IHSG turun, bisa menandakan investor sedang menarik dana dalam jumlah besar, sehingga harga saham-saham cenderung bergerak turun.

Bagi kita investor ritel, penting untuk mengamati dan memperkirakan arah IHSG sebelum mengambil keputusan. Biasanya, naik turunnya IHSG banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan isu-isu global.

2. Saham Blue Chip dan Saham Gorengan

Istilah saham blue chip dan saham gorengan akan sering Anda dengar juga nantinya. Salam blue chip adalah istilah untuk saham-saham yang memiliki nilai pasar yang besar, fundamental perusahaan yang bagus, dan kinerjanya juga bagus.

Karena nilai pasarnya besar, pergerakan saham-saham blue chip biasanya mempengaruhi arah IHSG.

Beberapa emiten saham yang setahu saya dikategorikan blue chip saat ini adalah BBCA, ASII, BBRI, ICBP, UNVR, dll.

Kebalikan dari blue chip adalah saham gorengan. Ini istilah yang diberikan para investor untuk saham-saham dengan nilai pasar yang kecil dan biasanya pergerakan harganya sangat volatile alias bergerak naik turun dengan cepat.

Karena nilai pasarnya masih kecil, saham gorengan bisa naik turun dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan yang dilakukan secara masif oleh orang atau institusi tertentu.

Oleh para investor, orang atau institusi yang menggerakkan saham-saham seperti ini diberi istilah bandar. Akhirnya muncul salah satu materi trading saham yang sangat populer: bandarmology. Eheh

Menurut saya, beresiko bagi investor pemula untuk bertransaksi di saham gorengan. Kenali ciri-ciri saham gorengan agar Anda tidak terjebak didalamnya.

3 Strategi Cuan dari Saham

Investor saham di pasar modal yang jumlahnya ada 2,6 juta orang menerapkan strategi yang berbeda-beda untuk mendapatkan profit yang maksimal. Beda orang beda cara, dan menurut saya itu tidak ada salahnya. Pada dasarnya kan yang penting cuan. Ehehe.

Saat ini ada 3 strategi yang biasa digunakan investor untuk meraup untung dari saham.

1. Trading / Scalping

Trading atau scalping adalah strategi transaksi saham dalam jangka waktu pendek. Misalnya Anda membeli saham pada pagi hari dan menjualnya di sore hari, atau keesokan harinya, atau minggu depan.

Seorang yang melakukan trading atau scalping biasanya disebut trader, bukan investor. Mengapa? Sebab investor adalah istilah untuk orang yang menaruh dana investasi untuk memperoleh keuntungan di masa depan dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan kegiatan trading bukan untuk jangka panjang.

Untuk menjadi trader, Anda harus memiliki waktu yang banyak untuk memperhatikan pergerakan pasar saham. Jika tidak, Anda bisa saja melewatkan kesempatan beli atau jual sehingga menjadi penyebab kerugian.

2. Growth Investing

Growth investing adalah strategi transaksi saham dengan melihat prospek pertumbuhan suatu emiten saham kedepan.

Investor yang menerapkan growth investing akan memperhatikan isu-isu yang sedang hangat pada momen tertentu yang kira-kira bisa memicu pertumbuhan saham, alih-alih melihat nilai wajar saham maupun pergerakan bandar.

Jadi, seorang pelaku growth investing bisa saja membeli sebuah emiten saham meski secara valuasi sudah tidak murah jika ia melihat peluang saham tersebut masih terbuka untuk berkembang lebih tinggi.

3. Value Investing

Value investing adalah strategi investasi saham dengan berpegang teguh pada nilai dari saham tersebut. Seorang pelaku value investing akan membeli saham yang memiliki fundamental bagus dan sedang berada pada harga yang murah alias undervalue.

Pelaku value investing menurut saya adalah investor yang sesungguhnya. Mengapa? Sebab sesuai dengan defenisi investasi. Analoginya seperti kita membeli sebuah barang di harga yang murah dan mengharapkan keuntungan dari peningkatan harga barang tersebut di masa depan.

Di blog ini, Anda akan sering membaca seputar value investing, sebab saya adalah penganut strategi ini. Meski dalam prakteknya, saya juga kadang melakukan metode growth investing. Bahkan dulu, di awal masuk di dunia pasar saham, saya pun pernah mencoba menjadi trader.

Tips Trading Saham untuk Pemula

Bagi Anda yang tertarik melakukan trading saham, beberapa tips berikut penting untuk Anda perhatikan.

1. Pilih Sekuritas dengan Fee Transaksi Kecil

Dalam bertransaksi saham, pihak broker menetapkan biaya atau fee baik saat membeli saham maupun saat menjual.

Sebagai investor pemula, penting bagi Anda untuk memilih broker dengan biaya yang kecil.

Contohnya, saya menggunakan broker dengan fee beli 0,18% dan fee jual 0,28%. Artinya, setiap pembelian dan penjualan saham saya akan dikenakan biaya 0,18% dan 0,28% yang dipotong langsung dari nominal transaksi.

Misalkan saya transaksi membeli lalu menjual saham ABCD dengan total nilai transaksi Rp. 100.000.000,- maka saya harus membayar fee beli sebesar (0,18% + 0,28%) x Rp.100.000.000 = Rp. 460.000,-. Kurang lebih seperti itu.

2. Beli Saham Blue Chip

Seperti yang saya sebutkan diatas, saham blue chip adalah kelompok saham-saham premium yang memiliki fundamental bagus dan kinerja perusahaan yang moncer.

Untuk meminimalkan resiko, pemula sebaiknya membeli saham blue chip saat pertama kali membeli saham.

Memang saham blue chip biasanya harganya sudah mahal dan valuasinya sudah tinggi. Namun untuk pembelian pertama, lebih baik bagi Anda membeli saham blue chip dibandingkan membeli saham gorengan.

3. Beli pada Harga yang Murah

Harga saham selalu bergerak naik dan turun setiap hari selama hari kerja bursa. Untuk memperoleh profit yang maksimal, investor sebisa mungkin membeli saham pada harga termurah dan menjualnya pada harga tertinggi.

Bagaimana cara mengetahui harga suatu saham sedang murah atau sudah mahal? Ada banyak sekali cara dan metode yang biasa digunakan.

Bagi pemula, sebelum membeli saham, secara sederhana dapat menggunakan analisa teknikal untuk menentukan titik beli. Belilah saham pada saat saham tersebut secara teknikal berada di garis support.

4. Disiplin Menerapkan Stop Loss

Kesalahan investor pemula salah satunya adalah memegang prinsip mau untung tapi tidak mau rugi. Saya pun masih sering begitu.

Investor biasanya tidak sabar menjual pada saat sedang floating profit, tapi enggan menjual pada saat sedang floating loss.

Bagi pemula, penting untuk menentukan titik stop loss dan disiplin melakukan penjualan saat arah gerakan saham dianggap tidak sesuai rencana. Fungsi disiplin melakukan stop loss adalah untuk meminimalisir kerugian yang lebih besar.

Strategi Investasi Saham dengan Value Investing

Menurut saya, value investing adalah strategi investasi saham paling santai. Mengapa? Karena jika Anda menerapkan kaidah value investing, maka Anda sudah cuan tepat saat membeli sebuah saham. Tak perlu menunggu lama dan tak perlu memantau pergerakan saham setiap hari.

Bagaimana bisa begitu? Kirim email Anda dan berlanggananlah di blog ini segera. Ehehe

1. Tiga Prinsip Value Investing

Ada tiga prinsip penting yang diterapkan dalam strategi value investing.

A. Harga saham harus murah

Prinsip pertama dalam value investing dalam berinvestasi di sebuah emiten saham adalah bahwa saham tersebut harus murah.

Seorang value investor akan menghitung nilai wajar atau nilai intrisik saham tersebut, membaca margin of safety, dan menentukan titik beli yang tepat.

B. Saham tersebut mewakili perusahaan yang memiliki fundamental bagus

Ketika bertemu dengan sebuah emiten saham yang murah, seorang value investor harus memastikan emiten saham tersebut adalah perusahaan yang bagus, memiliki kinerja yang baik dan fundamental perusahaan yang kokoh.

Kinerja fundamental yang bagus dapat dilihat dari data-data emiten yang disajikan di BEI seperti laporan keuangan, laporan tahunan, public expose, RUPS, dan dokumen keterbukaan informasi yang lain.

C. Perusahaan tersebut dikelola oleh managemen yang handal dan kompeten

Value investing sangat memperhatikan kualitas manajemen perusahaan. Orang-orang yang mengelola perusahaan mesti memiliki kompetensi yang sesuai, handal, profesional, visioner dan dapat dipercaya.

Meski ada sebuah saham yang murah dan memiliki fundamental bagus, namun jika majemennya amburadul, maka secara value investing itu tidak layak investasi.

2. Cara Mudah Menghitung Valuasi dan Harga Wajar Saham

Menghitung valuasi dan harga wajar saham secara kompleks sebaiknya dilakukan dengan menggunakan banyak data parameter. Namun secara sederhana, para investor biasanya menggunakan  3 rasio valuasi saham yaitu PBV, PER, dan ROE.

A. Price to Book Value (PBV)

Price to book value adalah perbandingan antara harga saham dengan nilai buku perusahaan yang diwakili oleh saham tersebut.

Apa itu book value atau nilai buku? Nilai buku adalah nilai bersih dari sebuah aset, setelah dikurangi utang dan biaya penyusutan.

Secara sederhana kurang lebih begini. Sebuah perusahaan ABCD memiliki nilai aset bersih sebesar Rp. 10.000.000,- dan melepas 1000 lembar saham kepada investor. Maka nilai buku dari saham perusahaan tersebut adalah Rp. 10.000.000/1000 = Rp. 10.000,-

Jika hari ini saham perusahaan ABCD diperjualbelikan di harga Rp. 20.000, maka rasio PBV saham tersebut adalah Rp. 20.000/Rp.10.000 = 2.

Artinya, dengan PBV 2 kali, harga saham tersebut telah dua kali lipat lebih mahal dari nilai bukunya. Semakin kecil PBV, artinya harga sebuah saham semakin murah. Demikian pula sebaliknya.

B. Price to Earning Ratio (PER)

Price to earning ratio adalah perbandingan antara harga saham dengan rasio pendapatan perusahaan per lembar saham (earning per share). Earning per share (EPS) adalah kemampuan perusahaan mencetak laba bersih per lembar saham.

Misalkan perusahaan ABCD pada contoh sebelumnya, berhasil mencatak laba bersih sebesar Rp.500.000 pertahun, maka EPS saham perusahaan tersebut adalah Rp.500.000/1000 = Rp.500 per lembar saham.

Dengan demikian pada harga Rp.20.000 tadi, PER dari saham ABCD tersebut adalah Rp.20.000/Rp.500 = 40.

Semakin tinggi PER sebuah saham maka semakin mahal valuasi sahamnya. Demikian pula sebaliknya.

C. Return on Equity (ROE)

Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih terhadap modal yang dimiliki.

Artinya, angka ROE menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mampu mengelola modal dari investor.

Misalkan perusahaan ABCD pada contoh sebelumnya menghasilkan laba bersih sebesar Rp.500.000 dan modal Rp.10.000.000, maka nila ROE nya adalah Rp.500.000/Rp.10.000.000 = 0,05 atau 5%.

Semakin besar ROE, maka semakin bagus suatu emiten saham di mata investor. Sebaliknya, ROE yang terlalu kecil menunjukkan perusahaan tidak mampu mengelola modal dari investor dengan optimal.

PBV, PER, dan ROE adalah indikator paling sederhana untuk menilai valuasi suatu saham. Namun bukan berarti jika PBV, PER, dan ROE bagus, suatu emiten saham bisa langsung dianggap layak untuk dibeli secara value investing.

Ada saham yang ROE nya sangat tinggi, namun secara value investing malah tidak layak untuk dibeli. Kenapa bisa begitu? Kita akan bahas secara detail di artikel-artikel lain blog ini.

3. Cara Mendapatkan Data Emiten Saham yang Valid

Salah satu tantangan kita sebagai investor ritel adalah kesulitan mengetahui data-data perusahaan yang diwakili oleh emiten saham yang hendak kita beli. Sementara, dalam value investing, pemahaman tentang perusahaan adalah hal yang mutlak.

Value investor perlu mendapatkan laporang keuangan yang valid, data-data menejemen yang update, dan mengetahui rencana perusahaan kedepan.

Nah berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan investor untuk mendapatkan data suatu perusahaan.

A. Website BEI

Melalui website BEI, Anda bisa mendapatkan data-data penting seperti laporan keuangan, laporan tahunan, rencana RUPS, dokumen public expose.

Karena dokumen yang di upload di website BEI sudah melalui audit yang ketat, maka bisa dikatakan dokumen-dokumen tersebut tentunya sudah valid.

B. Website perusahaan

Selain melalui website BEI, Anda juga bisa mengenali perusahaan melalui website dari perusahaan tersebut. Pada umunya, perusahaan anggota BEI adalah perusahaan besar yang biasanya sudah memiliki website yang lengkap.

Melalu website perusahaan, Anda bisa melihat aktifitas perusahaan, komposisi manajemen, dan hal-hal lain yang Anda butuhkan.

Inspirasi dari Tokoh Value Investing

Beberapa investor dibawah ini adalah pelaku strategi investasi saham dengan value investing. Anda bisa mengulik kisahnya dan mengambil inspirasi dari perjalanan investasi mereka.

1. Warren Buffet

Warren Buffet adalah tokoh value investing yang paling populer dikalangan investor saham global.

Melalui Berkshire Hathaway, perusahaan investasi miliknya, Buffet menancapkan portofolio investasinya, bertengger di daftar orang terkaya sejagat raya, dan menginspirasi para investor di seantero dunia.

Salah satu prinsip investasi Buffet yang saya sukai yaitu “Never invest in a business you can not understand”.

Sebagai investor yang cerdas, jangan pernah berinvestasi pada perusahaan yang tidak Anda pahami. Artinya, sebelum membeli sebuah saham, pastikan Anda memahami perusahaan yang diwakili oleh saham tersebut, dan Anda punya alasan yang kuat mengapa Anda harus membeli saham tersebut.

2. Lo Kheng Hong

Jika Warren Buffet adalah value investor di Amerika, maka Lo Kheng Hong adalah Warren Buffet versi Indonesia.

Pak Lo, sapaan Lo Kheng Hong, adalah inspirasi value investor yang sukses di pasar modal Indonesia. Beberapa pembelian sahamnya berkembang menjadi multibagger dan menghasilkan cuan milyaran.

Pada sebuah kesempatan, Pak Lo pernah bicara begini:

“Dulu saya kuliah di Jakarta, di universitas yang tidak memiliki kampus. Setiap malam saya kuliah di gedung SMA yang disewa oleh universitas. Tapi sekarang, karena pasar modal, saya lebih kaya dari 99% lulusan Harvard.

Sebuah inspirasi betapa penting bagi masyarakat biasa seperti kita untuk menjadi investor saham di pasar modal.

3. Teguh Hidayat

Teguh Hidayat belum sepopuler Lo Kheng Hong, apalagi Warren Buffet. Namun saya mengagumi konsistensi beliau untuk mengedukasi para investor ritel menjadi value investor yang baik.

Pak Teguh adalah praktisi value investing yang tinggal di Bandung. Secara rutin beliau membagikan pengetahuannya yang luas tentang dunia pasar modal melalui blog nya, dan juga melalui seminar-seminar yang beliau adakan.

Saya membeli buku Pak Teguh yang berjudul: “Value Investing, Beat The Market in Five Minutes”.

Membaca buku Pak Teguh ini, meski isinya tentang strategi investasi saham, namun rasanya seperti membaca buku komik. Sangat santai dan gampang dimengerti. Harga bukunya murah pula.

Penutup

Demikianlah ulasan saya tentang value investing sebagai strategi investasi saham paling santai dan cuan untuk berinvestasi di rumitnya dunia pasar modal. Saya sudah mencoba strategi trading dan scalping di masa awal saya membeli saham, namun bagi saya sangat ribet.

Alih-alih menjadi pasif income yang tidak menyita waktu, trading saham bagi saya dulu malah merenggut waktu saya sangat banyak.

Saya merekomendasikan strategi value investing untuk Anda terapkan. Jika Anda konsisten memegang kaidah value investing dalam bertransaksi saham, saya yakin portofolio Anda bisa bertumbuh, menghasilkan cuan yang sepadan, dan menjadi pasif income bagi Anda di masa depan.

Bukankah memang seperti itulah tujuan berinvestasi kan?

DiskusiBatalkan balasan

error: Content is protected !!
Exit mobile version