Untuk mengisi portofolio saya pertama kali, sejak awal November 2021 ini saya telah menyeleksi beberapa emiten saham yang kira-kira layak investasi versi saya. Daftarnya adalah: MBAP, SGRO, dan ASII.
Dari ketiga target tersebut, saya telah menetapkan titik beli terbaik untuk masing-masing saham. Jadi jika suatu hari harga menyentuh titik beli, saya langsung beli.
Akhirnya, minggu lalu salah satu target saya turun pada harga yang saya anggap murah dan langsung saya beli. Saham tersebut adalah SGRO.
Baca juga: Pengalaman Investasi di Bibit
Daftar Isi
Sejarah Perusahaan
PT. Sampoerna Agro, Tbk (SGRO) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, pabrik kelapa sawit, pabrik penghancur karnel, produksi benih perkecambahan, pemanfaatan produk kehutanan non-kayu (sagu), kehutanan, dan lain-lain yang berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Riau.
Dari namanya, Anda tentunya langsung teringat salah satu merek rokok legendaris Indonesia yang juga listing di BEI ya? Betul, HM Sampoerna (HMSP) ada keterkaitan dengan SGRO.
Setelah melepas kepemilikannya di HMSP kepada perusahaan rokok asal Amerika, Philip Morris, keluarga Sampoerna mengalihkan bisnisnya ke beberapa sektor lain, termasuk perkebunan kelapa sawit.
Nah, SGRO adalah bisnis milik keluarga Sampoerna di sektor sawit. Melalui holding Sampoerna Strategic Group (SSG), mereka mengakuisisi perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan nama PT Sungai Rangit (SR) dan PT Selapan Jaya.
Pada tahun 2007, SGRO listing di BEI dengan harga penawaran Rp.2.340,-
Selain pengembangan perkebunan mereka sendiri, SGRO dan beberapa anak perusahaannya juga telah mengembangkan perkebunan plasma dan mengelola kerjasama dengan petani plasma.
Pengaruh Harga CPO
Sebagai pelaku bisnis kelapa sawit, sudah pasti naik turunnya keuntungan usaha SGRO dipengaruhi oleh harga Crude Palm Oil (CPO) global.
Pada Oktober 2021 bulan lalu, harga CPO global sukses menyentuh harga all time high (ATH) yaitu MYR 5.021/ton.
Dampak instan dirasakan oleh SGRO dimana pada kuartal III 2021, perusahaan sukses membukukan kenaikan pendapatan sebesar 72% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Berhubung saat ini Indonesia sedang menjalani transisi pemulihan pasca pandemi, maka menurut saya sektor yang akan perform adalah sektor konsumer termasuk didalamnya CPO.
Sehingga meskipun hari ini harga CPO mengalami koreksi setelah menyentuh harga ATH, namun saya yakin tidak akan sampai turun terlalu jauh.
Fundamental dan Harga Wajar SGRO
Setelah harganya terbang dipertengahan Oktober lalu akibat dampak CPO menyentuh ATH, saya menetapkan titik beli SGRO pada harga Rp.2.200 – Rp.2.250. Sulit rasanya berharap SGRO turun ke Rp.1.800 an lagi seperti di pertengahan tahun.
Pada harga Rp.2.200 an, SGRO menurut saya sudah undervalued alias terdiskon. PBV nya kurang lebih 1 kali dan PER 6 kali.
Bagaimana dengan laba berusahaan?
Well, pada laporan keuangan kuartal III 2021 SGRO mencetak laba bersih sebesar 515,7 milyar. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, angka ini jauh lebih besar. Not even close.
Jika Anda melihat lebih jauh ke belakang sebelum market diterjang pandemi, di kuartal III tahun 2019, net profit SGRO hanya 36 milyar. Anda tahu berapa harga saham SGRO saat itu? Rp.2.500 an. Lebih tinggi dari sekarang.
Anyway, saya lihat di dokumen public expose bahwa saat ini penjualan SGRO masih berfokus ke pasar domestik. Expor CPO ke luar negeri hanya 1% yaitu ke negeri tetangga, Malaysia. Artinya, untuk CPO pangsa pasar masih sangat luas.
SGRO hanya perlu meningkatkan produksi dan membenahi manajemen perusahaan termasuk memperbaiki kualitas rasio keuangan agar lebih populer di mata investor.
Prospek Saham SGRO
Seperti yang saya sebutkan diatas, saya meyakini bahwa setelah pandemi, sektor yang akan perform adalah sektor konsumer, bahan makanan, termasuk didalamnya CPO sebagai bahan baku minyak.
SGRO adalah perusahaan sektor CPO yang menurut saya dikelola oleh grup usaha yang handal. Kurang handal apa coba, keluarga Sampoerna membangun usaha rokok Sampoerna dari awal sampai menjadi brand terkenal yang kita lihat sekarang.
Manajemen SGRO sendiri melalui public expose 10 September 2021 lalu memproyeksikan pertumbuhan produksi 10% lebih besar pada tahun depan.
Dengan demikian saya putuskan meletakkan 10% portofolio saya di SGRO.
Kenapa cuma 10%? Sebab saat ini saya melihat ada beberapa saham lain yang memiliki prospek bagus dan masih undervalue.
Jadi saya akan membagi portofolio saya kedalam beberapa sektor sebagai upaya difersifikasi investasi.
Well, target saya untuk SGRO berapa?
Jika dengan net profit 36 milyar SGRO dihargai market Rp.2.500 sebelum pandemi, maka dengan net profit 515,7 milyar hari ini ditambah fakta bahwa harga CPO global sedang tinggi-tingginya, maka berapa harga SGRO yang menurut Anda fair?
Then, its our chance! Oiya, bagaimana pandangan Anda sendiri terhadap prospek saham SGRO? Ayo kita diskusikan melalui kolom komentar ya.
Disclaimer: Uang-uang Anda, untung nikmati sendiri, rugi juga tanggung sendiri. Jangan pernah menggantungkan hidup dari opini orang lain. Do your own research and be a smart investor!